Jumat, 03 Juni 2011

Jangan Pernah Belajar “Semuanya”


Begitu menemukan jenis ujian yang akan dihadapi, kita pelru memahami yang harus dilakukan (dan yang perlu kita pelajari). Ingatlah, jangan mempelajari “semuanya”.
Lakukan tinjauan singkat tentang materi yang kita yakini tidak begitu penting. Hal ini, otomatis memberikan waktu lebih untuk berkonsentrasi pada bagian yang kita yakini akan keluar dalam ujian.
Ciptakan lembaran “untuk dipelajari” pada setiap ujian. Pada lembaran itu, dafarkan buku-buku khusus untuk ditinjau, catatan untuk diperiksa kembali, topik, prinsip, ide, dan konsep yang hraus dicermati lagi dengan hati-hati. Metode ini meminimalkan penundaan, mengatur belajar secaa logis, dan memberikan rasa kemenangan setiap kali kita menyelesaikan tiap bagian.

Sumber :
Fry, Roon. 2008. Belajar Lebih Cerdas, Bukan Lebih Keras. Gramedia:Jakarta

Cara Menurunkan Tingkat Kecemasan

Untuk memahami istilah “pentingnya” sebuah ujian, bacalah daftar berikut ini. Mengetahui jawaban sebanyak mungkin atas berbagai pertanyaa di bawah ini akan mengurangi kegelisahan kita.
1.        1. Materi apa saja yang akan keluar saat ujian?
2.        2.    Berapa total poinnya?
3.       3. Apa yang dinilai dari ujian ini?
4.       4.   Berapa lama ujian akan berlangsung?
5.       5. Dimana ujian akan dilaksanakan?
6.    6. Jenis soal apa yang akan dipakai dalam ujian? (Menjodohkan, pilihan ganda, esai,  benar/salah, dan sebagainya)
7.      7. Berapa jumlah setiap jenis soal dalam ujian?
8.       8. Berapa poin setiap pertanyaannya?
9.       9. Akankah bagian tertentu pada soal ujian nilainya lebih besar daripada bagian lainnya?
10  10.  Akankah ujian itu berupa ujian open book?
11  11. Apa saja yang boleh kita bawa saat ujian? Kalkulator? Permen? Atau benda lain yang berperan penting bagi keberhasilan kita?
      12. Akankah nilai kita akan dikurangi dengan jawaban yang salah?

Sumber :
Fry, Roon. 2008. Belajar Lebih Cerdas, Bukan Lebih Keras. Gramedia:Jakarta

Membentuk Kebiasaan Belajar


Jika prestasi kita masih buruk, bahkan meskipun kita telah menyediakan waktu belajar yang cukup, berarti kebiasaan belajar kita masih kurang tepat. Tidak ada yang mengetahui dimana atau kapan kita memperoleh kebiasaan belajar yang kurang tepat tersebut, tetapi itu telah menjadi kebiasaan kita.
            Berita bagus!! Kebiasaan buruk tidak hanya dapat dihancurkan, tetapi juga dapat digantikan dengan kebiasaan yang baik dengan mudah. Inilah rencana perang kita:
o   Lebih mudah mengganti sebuah kebiasaan daripada menghilangkannya. Oleh karena itu, jangan berusaha menghentikan kebiasaan belajar yang buruk. Pelajari saja sesuatu yang baik untuk menggantikannya.
o       1. Berlatih, berlatih, dan berlatihlah. Latihan ibarat oli motor yang meminyaki mesin kebiasaan kita. Makin sering kita melakukan sesuatu, makin melekat pula kebiasaan itu.
o       2. Beritahulah keluarga dan teman tentang keputusan kita untuk meningkatkan kemampuan belajar dan memperbaiki prestasi. (Ini merupakan siasat yang telah berhasil diterapkanoleh beberapa orang yang merasa bahwa menambahkan tekanan pada diri mereka merupakan sebuah motivasi yang baik).
o      3. Bagi yang lain, strategi semacam ini justru hanya akan menambah banyak tekanan dan menjadi bumerang yang menimbulkan kegagalan. Saran saya, gunakan strategi ini jika kita yakin bahwa strategi ini dapat menolong. Hindari jika kita yakin bahwa strategi ini akan menjatuhkan kita.
o       4. Untuk mengubah nilai D kita menjadi A, belajar keras dan lama saja tak cukup. Kita butuh umpan balik (feed-back). Untuk memastikan agar kita mendapatkan sebuah “sentakan yang memotivasi” dari setiap pencapaian, masukkan setiap senti kemajuan kita kedalam bagan. Seperti yang dikatakan Robert Frost: Kita masih “harus menempuh jalan bermil-mil sebelum tidur”. Anda bisa menempel bagan di tembok yang berisi daftar “Sukses hari ini” setiap hari. Ingatlah setiap langkah kecil yang kita ambil: menyediakan waktu lima menit untuk tugas membaca, menemukan buku yang kita butuhkan di perpustakaan dengan lebih cepat, memastikan bahwa kita telah membuat catatan dengan baik pada saat pelajaran, mengacungkan jari dan menjawab pertanyaan dosen dengan tepat pada setiap diskusi kelas, dan sebagainya.

Sumber :
Fry, Roon. 2008. Belajar Lebih Cerdas, Bukan Lebih Keras. Gramedia:Jakarta